Api Terus Berkobar di Gunung Boleng

KEBAKARAN: Hingga malam ini (Pukul 19.40 Wita) Jumat 16 Agustus, api masih terus berkobar menghabisi sisa-sisa hutan di Gunung Boleng. (Lomboktoday.co.id/Kopong Gana)

WITIHAMA, LOMBOKTODAY.CO.ID – Belum berselang dua hari sejak api mengepung punggung dan lereng Ile Boleng, api terlihat kembali melalap punggung dan Lereng Gunung Boleng sedari sore dan terus berlanjut hingga Sabtu malam (17/8).

Api yang terdiri dari banyak titik itu terlihat sangat jelas dari Desa Watoone, Kecamatan  Witihama, Kabupaten Flores  Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan api yang melalap Gunung Boleng di sekitar Menadi Tuta (Batu terjal yang terlihat sangat jelas dari Desa Watoone) itu, makin lama makin melebar.

Dengan kebakaran ini, maka makin lengkaplah Ile Boleng menjadi semakin gundul. Karena  rata-rata pohon hutan yang terdiri dari Ua (sebangsa kayu kelas satu yang sangat keras berteras hitam), diduga ikut habis dilalap. Padahal pada Jumat lalu, beberapa pemuda dari Desa Watoone, berencana mendaki Gunung Boleng dan berniat mengibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Boleng keesokan paginya.

Para pemuda itu tetap menjalankan niatnya meski dari jauh terlihat kebakaran hebat melahap tempat yang banyak dilalui para pendaki menuju puncak tertinggi Gunung Boleng itu. Hingga berita ini ditulis, api masih tetap merambat di beberapa bagian gunung berapi yang sudah cukup lama istirahat dari “batuk-batuk”  dan mengeluarkan asap hitam tebal bercampur belerang itu.

Dilihat dari kebakaran yang bentuknya melingkar, banyak warga yang menduga, ada orang yang sedang memburu babi hutan di sekitar lereng gunung itu. ‘’Itu kan cara mereka agar babi hutan gampang ditangkap,’’ kata salah seorang warga.

“Ya, tapi kalau setiap kali mengejar satu ekor babi harus membakar hutan seperti ini, lama kelamaan, gunung itu jadi makin tandus,’’ ujar warga lainnya yang tampak gusar namun tak sanggup berbuat apapun.

Membakar hutan di gunung hanya untuk menangkap beberapa ekor babi hutan  atau musang,  rupanya sudah sangat membudaya. Hanya kerena ingin  daging babi, orang tak segan meluluhlantakan hutan yang tersisa itu. Namun, ada juga sebagian petani yang kesal. ‘’Gara-gara babi dan monyet,  tahun ini saya tak bisa panen. Seluruh isi kebun, habis sama  binatang ini,’’ ucap Geroda, salah seorang petani dengan nada kesal.

Terlepas dari suka duka kehidupan yang saling berbenturan satu sama lain, kelestarian hutan sangatlah penting untuk dijaga. Karena hutan dapat dibakar habis dalam beberapa jam saja, sementara untuk mempertahankan kelestarian membutuhkan waktu yang tak ada batas.

Hingga pukul 19.40 Wita malam ini, nyala api yang membakar Gunung Boleng justru terlihat makin terang saja. Ini ditambah lagi dengan hembusan angin yang  agak kencang. Konon , api ini akan padam sendiri ketika sampai di sekitar kawah  gunung. Karena di tempat itulah tak ada apa-apa lagi yang perlu dibakar atau terbakar. Kalau terus begini, kapan akan lestari?.(ama)