MATARAM, Lomboktoday.co.id—Sejarah Bangsa Jepang memang sangat mengagumkan. Bagaimana tidak, ketika negaranya hancur lebur setelah dua kota utamanya, Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi Bom Nuklir oleh Tentara Sekutu (Amerika) dalam Perang Dunia II, hanya dalam waktu singkat saja Jepang sudah bangkit kembali. Bahkan negara berjuluk “Matahari Terbit” itu menjelma sebagai raksasa perekonomian dunia.
Demikian ketika beberapa tahun lalu bencana gelombang Tsunami menghancurkan beberapa kota pantai di Jepang, tayangan, atau pemberitaan berbagai media, baik cetak maupun elektronik tidak terlihat adanya gambar-gambar korban sedang menangis histeris, atau raut kesedihan yang ditonjolkan. Semua media di Jepang justeru menggambarkan bagaimana warga Jepang bekerja keras mengevakuasi para korban, dan membangun ulang berbagai infrastruktur yang rusak.
Semangat, kerja keras, dan kedisiplinan bangsa Jepang itulah yang rupanya menumbuhkan kekaguman para siswa SMAN 1 (Smansa) Mataram, untuk mempelajari sejarah, budaya dan bahasa Jepang secara lebih intens.
“Pelajaran Bahasa Jepang yang hanya satu jam saja di sekolah, itupun cuma seminggu sekali, ternyata tidak membuat para siswa merasa puas, sehingga akhirnya lahirlah Smansa Japanese Club yang merupakan wadah berkumpulnya para siswa SMAN 1 Mataram untuk lebih intens mempelajari sejarah, budaya dan bahasa Jepang,” kata Wiene Hermin, Guru Bahasa Jepang SMAN 1 Mataram, yang juga Pembina Smansa Japanese Club, belum lama ini.
Menurut Wiene, Smansa Japanese Club secara resmi berdiri pada tanggal 1 Juni 2009, yaitu ketika pihak sekolah menggelar acara Smansa Japanese Day, dengan dua kegiatan yang berlangsung, yaitu Lomba Harajuku Fashion (lomba gaya berpakaian anak muda Jepang) dan lomba menggambar komik-komik yang berasal dari Jepang.
“Ternyata banyak siswa yang mengikuti kegiatan tersebut, dan akhirnya terpikir untuk membentuk kegiatan ekstrakurikuler Smansa Japanese Club, guna mewadahi antusias para siswa yang cukup tinggi terhadap pengetahuan sejarah, budaya dan bahasa Jepang,” ujar Wiene.
Sekarang lanjut Wiene, anggota Smansa Japanese Club sudah mencapai 100 siswa, dengan pertemuan secara rutin dilakukan setiap hari Rabu sore di sekolah. “Setiap pertemuan dimanfaatkan untuk melatih kecakapan berbahasa Jepang, dimana para siswa diharuskan berbicara bahasa Jepang. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan, semua bernuansa Jepang, seperti belajar origami (seni melipat kertas/kain khas Jepang), tarian tradisional Jepang, nonton film berbahasa Jepang, dan sekali waktu menggelar bazar kuliner khas Jepang,” tuturnya.
Setiap tahun juga digelar rutin Smansa Japanese Day, sebagai acara puncak para siswa yang tergabung dalam Smansa Japanese Club. “Kalau pada awalnya Smansa Japanese Day hanya diikuti oleh intern sekolah, maka bekerja sama dengan NTB Japanese Club (perkumpulan warga Jepang di NTB), kegiatan berkembang menjadi ajang lomba para siswa dari sekolah-sekolah lainnya di NTB. Demikian pula untuk kegiatannya, kalau dulu hanya dua kegiatan saja, maka sekarang telah berkembang menjadi beberapa acara, seperti lomba pidato bahasa Jepang, lomba karaoke lagu Jepang, dan lainnya,” terang Wiene.
Sayangnya, akibat minimnya guru bahasa Jepang, tidak semua SMA di Provinsi NTB yang mengajarkan palajaran bahasa Jepang. “Saat ini, baru 9 sekolah di Kota Mataram yang mengajarkan bahasa Jepang, Kabupaten Lombok Barat 9 sekolah, Kabupaten Lombok Utara 2 sekolah, Kabupaten Lombok Tengah 4 sekolah, dan Kabupaten Sumbawa 5 sekolah. Masing-masing sekolah yang mengajarkan bahasa Jepang itu juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler Japanese Club,” jelas Wiene.
Sementara Kepala SMAN 1 Mataram, HL Fatwir Udzali, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para siswanya. “Ekstrakurikuler Smansa Japanese Club, dengan agenda kegiatan setiap tahun Smansa Japanese Day, menjadi sarana yang sangat baik bagi para siswa belajar tentang sejarah, budaya dan bahasa Jepang. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menjadi jembatan untuk terciptanya sebuah hubungan yang baik dengan Negara Jepang, yang kini telah diawali dengan hubungan harmonis antara pihak sekolah dengan warga Jepang di NTB yang tergabung dalam NTB Japanese Club,” jelasnya.
“Kedepan, pihak sekolah juga sedang menjajagi program “Sister School” dengan sekolah-sekolah yang ada di Jepang, sehingga kedepan dapat terjadi transfer pengalaman dan ilmu, demi kemajuan generasi muda di Indonesia, khususnya para pelajar SMAN 1 Mataram,” pungkas Fatwir Udzali.GT