MATARAM, Lomboktoday.co.id – Aspirasi masyarakat Lombok Timur tentang pemekaran Kabupaten Lombok Selatan (KLS), memang sudah lama dipublikasikan, dari wacana hingga menunggu proses realisasi pemerintah pusat, namun sampai saat ini rupanya masih terganjal di DPR RI.
Untuk itu, diperlukan analisis tim pakar dan tim work yang memiliki komitmen penuh untuk mewujudkan hal itu. Sehingga, tidak lagi KLS ini dijadikan sebagai objek dan issu politik pada setiap pemilu legislatif maupun Pemilukada.
Namun, ada pandangan yang berbeda muncul dari salah seorang Tokoh Pemuda Lombok Timur bagian Selatan, Ahmad Turmuzi. Ia berpendapat bahwa Kota Selong lebih berpeluang dimekarkan ketimbang Kabupaten Lombok Selatan (KLS).
Terlepas dari begitu banyak pandangan dan pendapat yang berkembang dalam pemekaran KLS ini, menurut pria kelahiran Senyiur, Kecamatan Keruak, Lotim, 17 Juli 1980 ini, hendaknya spirite atau semangat itu masih dibutuhkan oleh masyarakat Lotim dalam bentuk yang lain, seperti pemekaran Kota Selong dan memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Timur.
Ini memang tidak mudah, tapi jika dicoba untuk melakukan pendekatan lintas tokoh, bukan hanya politisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan praktisi. Tapi lebih dari itu, sebaiknya melakukan identifikasi tokoh dari kalangan pakar, akademisi dan birokrasi yang berasal dari Lombok Timur untuk bersama-sama sharing, khususnya untuk mewujudkan pemekaran Kota Selong serta menentukan motiv apa dan bagaimana masyarakat Kota Selong dan Lombok Timur sekarang dan kedepannya.
’’Gambaran pribadi saya, apabila Kota Selong terbentuk, maka akan terjadinya persaingan lintas sektoral, khususnya di NTB dan kabupaten/kota lainnya di Indonesia,’’ ungkap Ahmad Turmuzi kepada Lomboktoday.co.id di Kampus STIKES ZAMZAM Mataram, hari ini, Senin (24/8).
Ahmad Turmuzi yang kini sedang menyelesaikan study S3 Program Doktor Pendidikan Ilmu Bahasa pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menjelaskan, dengan melihat potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam, khususnya Lotim, akan memiliki percepatan dalam pertumbuhan ekonomi makro dan mikro. Terutama ekonomi kerakyatan serta meningkatkan peran investor di dalam membangun Kota Selong dan Kabupaten Lombok Timur.
‘’Harapan pribadi saya, apabila Kota Selong terbentuk, sangat penting sekali untuk melakuakan risech dan pengkajian yang mendalam tentang aspek tata letak dan tempat di mana pusat Pemerintahan Kota Selong dan Kabupaten Lombok Timur. Lagi sekali, ini adalah harapan kita semua, kenapa kita tidak bersama-sama berikhtiar dan mencobanya, karena Lombok Timur berpeluang menjadi dua pemerintahan yaitu Kota Selong dan Kabupaten Lombok Timur,’’ ungkapnya sembari menjelaskan, sekiranya ide dan gagasan atau hipotesa tentang pentingnya keberadaan Kota Selong dan letak pemerintahan Kabupaten Lombok Timur yang baru, perlu untuk dikaji dan dianalisis.
Sedangkan KLS, lanjut akademisi ini, tidak berpeluang untuk bisa dimekarkan. Karena, pemekaran KLS ini lebih bersifat politis. Juga belum ada gambaran seberapa besar potensi yang dimiliki oleh KLS tersebut, baik dari sumber daya alam, ekonomi, pariwisata, pertanian dan perternakan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD)-nya.
Selain itu, KLS belum memiliki ciri khas (icon), baik dari unsur budaya, filosofi, dan prilaku masyarakat, sehingga tampak betul perbedaan KLS dengan Lotim sebelumnya.
Seperti diketahui bahwa, pemekaran KLS ini telah mulai diupayakan oleh Ketua Komite Pemekaran Kabupaten Lombok Selatan yang waktu dikendalikan oleh H Muhasim, yang saat itu menjabat sebagai Asisten I Bidang Pemerintahan Setdakab Lotim, sejak 2010 lalu. Namun, toh hasilnya nihil. Sehingga, terjadilah resuffle kepengurusan Komite Pemekaran KLS, yang tampuk kepemimpinan diambil alih oleh H Ismail Husni, Pimpinan Lombok Post.
Meski telah berkali-kali melakukan lobi-lobi ke tingkat pusat, bahkan studi banding ke beberapa daerah, juga tidak membuahkan hasil yang signifikan dalam memenuhi harapan masyarakat akan kabupaten baru tersebut.
Dan pada akhirnya Komite Pemekaran KLS tersebut terpaksa dibubarkan oleh Bupati Lombok Timur, HM Ali Bin Dachlan pada Februari 2015 lalu.
Diakui memang, motivasi pembentukan KLS ini, tentu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang penuh harapan atau Horison (pinjam istilah Jauss, Red). Harapan atau Horison masyarakat ini, kedepan seharusnya dapat terealisasi dan menjadi lebih baik, terutama bagi masyarakat di Kecamatan Jerowaru, Keruak, Sakra Barat, Sakra, Sakra Timur, Sikur dan Kecamatan Terara.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya bahwa, pola dan pendekatan harus dikedepankan termasuk pendekatan Historis, pendekatan geografis, pendekatan filosofis hingga pendekatan faktor ekonomis, hendaknya dijadikan spirite dalam membangun daerah baru.(ar/ltd)