Konsep Kepemimpinan Ideal Menurut Gebernur NTB

3 minutes reading
Thursday, 26 Apr 2018 14:03 0 151 Editor

JAKARTA, LOMBOKTODAY.CO.ID—Keberhasilan Gubernur NTB, Dr TGH M Zainul Majdi memimpin NTB sehingga menjadi daerah yang maju dan mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia, serta mampu menata pengelolaan pemerintahan yang baik, membuat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menobatkannya sebagai kepala daerah terbaik se-Indonesia, beberapa waktu lalu. Tentunya selama memimpin NTB, Gubernur Alumni Al-Azhar itu memiliki pengalaman dan gagasan yang utuh tentang kepemimpinan.

ORASI ILMIAH: Gubernur NTB, Dr TGH M Zainul Majdi saat menyampaikan orasi ilmiah di kampus Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (26/4), untuk berbagi gagasan dan pengalaman terkait konsep kepemimpinan.

Karena itu, Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu, diundang Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (26/4), untuk berbagi gagasan dan pengalaman terkait konsep kepemimpinan.

Di kampus setempat, Gubernur TGB menyampaikan orasi ilmiah bertajuk ‘’Kepemimpinan Nasional yang Berakhlak dan Unggul Guna Mendukung Daya Saing Bangsa’’.

Di hadapan ratusan wisudawan yang hadir, TGB menyampaikan, bila ingin membangun peradaban bangsa ke arah yang lebih baik, maka yang diperlukan adalah Sumber Daya Alam (SDA) serta Sumbar Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Namun dari dua hal itu, terdapat satu faktor penting untuk memajukan suatu peradaban, yaitu kepemimpinan yang efektif. ‘’Kepemimpinan yang efektif tidak kalah pentingnya dalam menentukan maju mundurnya suatu peradaban,’’ kata TGB.

TGB menegaskan, kepemimpinan memiliki fungsi yang sangat penting apabila kepemimpinan itu mampu menghadirkan satu keteladanan yang baik. Dalam konsep Islam, lanjutnya, kepemimpinan ideal itu harus memiliki tiga muatan. Pertama, muatan humanisasi yaitu kepemimpinan yang mampu menghadirkan dan senantiasa mentradisikan kebaikan.

Kedua, kepemimpinan yang liberatif, yaitu kepemimpinan yang berusaha bersama-sama bekerja untuk menghilangkan hal-hal yang bersifat destruktif untuk kemanusiaan. Misalnya melawan bebaskan manusia dari penjajahan. ‘’Dari awal kita setting bangsa ini untuk ikut bekerja membebaskan manusia dari hal-hal dekstruktif, seperti penjajah, ketimpangan, kezaliman atau apapun yang merusak nilai kemanusiaan,’’ ungkapnya.

Kemudian ketiga lanjut TGB, semua hal-hal yang dilakukan, termasuk dalam aspek kepemimpinan bukan kontrak yang sekadar tanda tangan atau sumpah jabatan di depan manusia, tapi tali kontrak juga kepada Allah SWT. ‘’Apabila kualitas kepemimpinan dapat kita bangun sama-sama, maka saya yakin ke depan bangsa kita akan mampu lewati tantangan apapun,’’ optimis TGB.

Menurut TGB, pembicaraan kepemimpinan memiliki tempat yang penting dalam suatu peradaban. Salah satu sumber kearifan dalam berbangsa ialah beragama. Sebagai muslim ketika buka Alqur’an, bahwa salah satu sentrum perhatian yang dibahas panjang lebar dalam Alquran ialah manusia dalam dimensi kepemimpinan.

Ada ayat yang sangat terkenal yakni Ayatul Khilafah, ketika Allah sampaikan seluruh makhluknya tetapkan manusia sebagai khalifah atau pemimpin dalam kehidupan dunia, dia diberikan tugas oleh Allah untuk mengganti Allah dalam dunia ini bagaimana memajukan, memakmurkan dengan nilai-nilai mulia, yaitu dirangkum dalam Asmaul Husna.

‘’Maka kepemimpinan seseorang dalam kehidupan ini tergantung sejauh mana dia mampu mengaplikasikan kemuliaan-kemuliaan yang ada di Asmaul Husna,’’ jelas TGB seraya menyontohkan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim, yang memberikan pesan bahwa kepemimpinan harus penuh dengan nilai-kasih sayang.(dra/ar/ltd)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA