Oleh: Lalu M Kamil AB |
LOTIM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Pemakaman Jenazah Almarhum TGH Ahmad Muktamirin Nur yang akrab mempopulerkan diri dengan sebutan Tuan Guru Baok itu berlangsung hidmad meskipun diiringi isak tangis sanak famili. Pemakaman dilaksanakan hari Jumat (20/3), di komplek pemakaman keluarga di Bagek Nyale, Desa Gunung Rajak, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur (Lotim).
Ribuan jamaah ikut serta mengiringi pemakamannya. Dan puluhan Tuan Guru turut hadir melepas jenazah almarhum di liang lahat. Para pelayat tidak hanya datang dari wilayah Kecamatan Sakra Barat saja, namun juga datang dari berbagai wilayah kecamatan di Lombok Timur karena almarhum mengisi pengajian majlis ta’lim hingga kecamatan paling utara Lotim yakni Kecamatan Sembalun bahkan dari wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Keterangan yang dihimpun Lomboktoday.co.id dari kerabat terdekat, TGH Ahmad Muktamirin Nur wafat hari Kamis (malam Jumat), 19 Maret 2020, sekitar pukul 19.10 di RSUD Provinsi NTB setelah menderita sakit sejak hari Rabu, (18/3), setelah diketahui hasil diagnosa di RSUD dr Soejono Selong, Lotim, mengalami darah tinggi hingga 240 derajat. Oleh pihak RSUD dr Soejono Selong, almarhum dirujuk ke RSUD Provinsi NTB selepas Magrib hari itu juga.
Sejak almarhum tumbang hingga menghembuskan nafas terahir, nyaris tidak pernah sadarkan diri hingga pihak keluarga tidak sempat berkomunikasi. Bahkan menurut keterangan kakak kandung almarhum, H Muh Marjan Nur menyebutkan, selama 1 hari 1 malam di RUSD Provinsi NTB, pihak keluarga dan jamaah yang datang membesuk kebanyakan tidak dapat menyaksikan almarhum di pembaringan karena tidak diizinkan pihak otoritas rumah sakit dalam situasi sterilisasi efek dari Virus Corona. Hanya 1 orang keluarga yang boleh menemani pasien di ruang perawatan.
Tuan Guru pemilik akun FB bernama Guru Baok itu adalah pengasuh Pondok Pesantren Darunnajihin NW Bagik Nyale, Desa Gunung Rajak, Kecamatan Sakra Barat. ‘’Nama TGH Ahmad Muktamirin cukup populer di kawasan Lombok Timur pada khususnya karena tergolong Tuan Guru yang cukup kondang dan sangat digemari oleh jamaah lantaran cara penyampaian dakwah yang lazim diwarnai dengan humor kocaknya,’’ tutur TGH Muhsin, salah seorang sahabat karib almarhum.
Putra Almarhum TGH Tajuddin Ahmad Bagek Nyale itu meninggalkan seorang istri dan 4 orang putra-putri (3 putri dan 1 putra). Wafat dalam usia 51 tahun (lahir 9 September 1969). Terakhir almarhum menempuh pendidikan di IAIH NW Pancor merangkap di Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits (MDQH) NW Pancor, dan sempat pula kembali kuliah S1 di STKIP Hamzanwadi Pancor.
Di mata keluarga, TGH Ahmad Muktamirin Nur adalah sosok yang penyayang dan pengayom, senantiasa mendidik putra-putrinya dengan kasih sayang. Menegur dengan kata-kata lemah lembut. Sikap low profilnya juga diterapkan kepada semua santri-santriwatinya. Jika ada santri yang salah, selalu dipanggil dengan lemah lembut dan diberinya wejangan dengan kata-kata manis yang mendidik.(Sid)