Oleh: Abdul Rasyid Z. |
MATARAM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Berkali-kali Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (PWI NTB), H Nasruddin mengingatkan kepada wartawan yang bertugas di lapangan untuk selalu melengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (ADP). Sebab, selama ini ia kerap kali melihat beberapa wartawan di NTB khususnya, lalai dalam melindungi dirinya ketika meliput pandemi Virus Corona (Covid-19).
Jangan sampai ada wartawan di NTB yang terpapar Virus Corona. Karenanya, ia berharap banyak kepada rekan-rekan jurnalis supaya menyiapkan standar kesehatan sesuai Standar Operasi Prosedural (SOP) ketika akan melakukan peliputan. Ia mencontohkan, sejumlah pekerja media di beberapa daerah terpapar virus mematikan itu. Ini adalah salah satu bukti seorang jurnalis mengabaikan standar kesehatan yang telah ditentukan.
Mengingat NTB menjadi salah satu daerah ‘’Zona Merah’’, jadi patut untuk diwaspadai. Jangan hanya karena mengejar tayang, kemudian wartawan mengabaikan keselamatannya. ‘’Kita sama-sama mengingatkan saja. Supaya wartawan di NTB tidak ada yang terpapar Virus Corona seperti daerah lainnya,’’ kata Ketua PWI NTB, H Nasruddin dalam siaran pers, Sabtu (11/4).
Nasruddin menjelaskan, meningkatnya jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di NTB menjadi 25 orang, menunjukkan bahwa begitu massifnya virus ini menginfeksi siapa saja.
Ia pun menunjukkan grafik angka adanya trend peningkatan pasien Covid-19 di semua kabupaten/kota di NTB. Di mana, Pasien Dalam pengawasan (PDP) di NTB meningkat dari hari sebelumnya yang berjumlah 117 orang. Sedangkan Orang Dalam Pengawasan (ODP) menjadi 3.550 orang.
Di sisi lain, PWI Pusat meminta agar para wartawan tidak melakukan peliputan selama belum memenuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia.
‘’Saya bangga sekali wartawan sekarang ini bisa menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi Covid-19, tapi saya mengingatkan harus mengutamakan kesehatan, mengutamakan kondisinya. Jangan sampai protokol kesehatan diabaikan,’’ kata Ketua Umum PWI, Atal S Depari dalam keterangan resminya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (10/4) kemarin.
Di samping itu, seluruh organisasi pers termasuk PWI terus mengingatkan, mengimbau dan menyampaikan kepada seluruh anggotanya agar prosedur yang benar saat peliputan selama pandemi Covid-19 tetap dijalankan.
Hingga sekarang ini, kegiatan peliputan sudah mulai dibatasi. Artinya, tidak lagi menimbulkan kerumunan yang sejalan dengan prinsip ‘’physical distancing’’. Untuk itu, diharapkan kegiatan peliputan yang sebelumnya masih mengundang banyak wartawan sehingga menimbulkan kerumunan untuk dihindari selama pandemi Covid-19. ‘’Beberapa waktu lalu, karena diundang atau apa, temen-temen wartawan masih bergerombol. Ketika kita kampanye ‘’social distancing’’ masih berkumpul, begitu juga di beberapa daerah,’’ ujarnya.
Dalam hal ini, banyak metode peliputan yang bisa dilakukan tanpa harus mengambil risiko dengan berkerumun di lapangan. Misalnya melalui televisi pool, televisi streaming, telepon seluler, dan sebagainya.
Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 selama memberikan keterangan resmi mengenai Covid-19 dari Kantor Graha BNPB melalui sistem TV Pool, Radio Pool dan rilis pers kepada para awak media melalui grup jejaring sosial yang dikelola oleh Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Selain itu, menurut informasi perwakilan media-media asing di Indonesia pun sudah tidak menerjunkan lagi wartawannya di lapangan selama pandemi Corona demi mendukung upaya Pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. ‘’Saya dengar beberapa perwakilan media di luar, misalnya AS, Inggris, perwakilannya di sini gak ada yang di lapangan. Apalagi, sampai mengejar pasien sampai rumah sakit (RS),’’ ucapnya.(Sid)