STP Mataram Peduli Santuni Masyarakat Terdampak Covid-19

2 minutes reading
Tuesday, 5 May 2020 17:09 0 297 Editor

Koordinator Satgas Covid-19 STP Mataram, LM Iswadi Athar (kanan) saat memberikan santunan kepada mahasiswa STP Mataram yang terdampak Covid-19.

Oleh: Abdul Rasyid Z. |

MATARAM, LOMBOKTODAY.CO.ID – STP Mataram Peduli melalui Koordinator Satgas Covid-19 STP Mataram, LM Iswadi Athar memberikan santunan kepada masyarakat terdampak Covid-19, Selasa (5/5). ‘’Dalam membantu pemerintah untuk pencegahan dan penanganan Covid-19, kami terus mengidentifikasi masyarakat yang terkena dampak Covid-19 dengan memberikan paket sembako,’’ kata Iswadi.

Adapun masyarakat yang terkenda dampak Covid-19 yang diberikan santunan, di antaranya; pertama, keluarga Bapak AM (status ODP) yang sedang dalam proses isolasi mandiri di rumahnya. Bapak AM adalah salah seorang guru SMK swasta di Kota Mataram. Ke-2, Bapak Nasrun, penderita penyakit Tumor Ganas dari Nipah, Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Ke-3, R Ending Bagastanu, mahasiswa D3 Perhotelan STP Mataram, akibat dampak Covid-19 yang bersangkutan dirumahkan sebelumnya bekerja di salah satu cafe di Gili Air, KLU.

Selanjutnya ke-4, Faisal Mansur Syah Putra Haslan, mahasiswa D3 UPW STP Mataram dari Lembor Buruk, Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT. ‘’Kami bekerja sesuai data dan informasi dari lapangan, melalui Anggota Satgas Covid-19, info dari BEM STP Mataram, mahasiswa dan masyarakat sekitar,’’ ujarnya.

Selain sembako, lanjut Iswadi, pihaknya juga memberikan masker kepada masyarakat yang terdampak Covid-19. Bahkan Tim Satgas Covid-19 STP Mataram juga terus mengedukasi menggunakan masker, social distancing, dan cuci tangan menggunakan sabun.

Sementara itu, Faisal Mansur Syah Putra Haslan, mahasiswa STP Mataram dari Lembor Buruk, Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT yang sekarang tinggal di Jl Swadaya Gang 2 No.1 Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, mengaku tidak bisa pulang kampung dan harus tetap tinggal di kos.

‘’Lantaran saya tidak bisa pulang kampung dan tetap tinggal di kos, tentunya yang saya pikirkan saat ini adalah biaya kos, terlebih lagi biaya hidup mahal di Kota Mataram. Saya telepon orang tua di NTT juga belum ada kiriman dari kampong,’’ kata Faisal.(Sid)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA