Gubernur: Sinergi Akan Mempercepat Industrialisasi di NTB

Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah.
Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah.

Oleh: Abdul Rasyid Z. |

MATARAM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah memiliki harapan tinggi bahwa sinergi para tokoh Samawa akan semakin memperkuat dan mempercepat industrialisasi yang digencarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB saat ini. Hal itu diungkapkan dalam diskusi virtual dengan tokoh-tokoh tanah Samawa, Sabtu (27/6).

Bertempat di Pendopo Gubernur, diskusi virtual tersebut mengangkat tema ‘’Modal Sosial Budaya Samawa untuk Industrialisasi Tana Samawa”. Para tokoh yang hadir antara lain; Din Syamsudin, Fahri Hamzah; Sultan Sumbawa XVII, Daeng Muhammad Abdurrahman Kaharuddin, dan budayawan Sumbawa, Taufik Rahzen.

Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah menjelaskan, ekonomi di Indonesia, khususnya di Provinsi NTB memiliki sistem yang sangat terbuka. Sehingga dengan ekonomi terbuka, NTB harus punya daya saing. ‘’Daya saing itu mensyaratkan industrialisasi,’’ kata Gubernur.

Ditegaskan Gubernur, industrialisasi bukan hanya identik dengan pabrik besar dan asap yang menghasilkan polusi. Namun industrialisasi adalah pendalaman struktur aktivitas produksi, meningkatkan nilai produksi sehingga otomatis kesejahteraan masyarakat meningkat. ‘’Kenapa industrialisasi itu penting, bukan berarti pertanian tidak penting. Akan tetapi menurut teori ekonomi, jika sektor pertanian tak mampu menghasilkan produktivitas, maka jalan satu-satunya adalah meningkatkan nilai tambah produktivitas ada pada sektor industrialisasi,’’ ujarnya.

Gubernur menegaskan, geliat ekonomi setelah adanya industrialisasi di NTB sudah semakin tinggi. Para pelaku UKM/IKM di NTB sudah mulai semangat menciptakan produk-produk local, kemudian yang dimasukkan ke dalam program JPS Gemilang. Belum lagi smelter di KSB yang sudah mulai terealisasi pembangunannya. ‘’Kita tidak ingin lagi menggali tanah kemudian menjual mentah ke luar. Tetapi kita akan menjual keluar produk yang sudah diolah di daerah kita sendiri. Sehingga nilai jualnya semakin besar,’’ jelas Gubernur.

Lanjut Gubernur, bahwa industrialisasi butuh waktu, butuh biaya dan tidak otomatis jadi. Di dalam proses Industrialisasi ada ‘’cost of learning’’ yang mahal. ‘’Salah satu investasi yang besar untuk menunjang industrialisasi adalah meningkatkan kapasitas SDM kita. Industrialisasi hanya mungkin dilakukan jika ketersediaan SDM yang cukup,’’ ujarnya.

Karena itu, program beasiswa NTB yang merupakan program unggulan Pemerintah Provinsi (Pemrov) NTB dilakukan agar para alumni memiliki rasa percaya diri yang tinggi. ‘’Mereka bisa asalkan dikasi kesempatan. Harapan kami ketika MotoGP dihelat di Lombok, maka 200 ribu penonton sudah bisa menggunakan motor listrik buatan anak-anak NTB,’’ katanya.

Senada dengan itu, Pimpinan Ponpes Internasional Dea Malela Sumbawa, Prof Dr Muhammad Sirajuddin Syamsuddin mengungkapkan, industrialisasi merupakan sesuatu yang tak terelakkan. Maka, modalnya saat ini adalah modal sosial budaya yang harus diperkuat, terutama membangun sinergi antar masyarakat untuk memperkuat jejaring sosial yang lebih kuat. Sehingga kerja sama dalam mendukung industrialisasi untuk meningkatkan nilai produktivitas harus benar-benar terjaga. ‘’Ini yang harus kita siapkan untuk mengahdapi era industri. Modal sosial dan budaya merupakan elemen penting untuk mewujudkan industrialisasi di NTB,’’ kata pria yang akrab disapa Din Syamsudin.

Begitu juga dengan Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah meminta kepada Gubernur NTB untuk membuat Peraturan Gubernur (Pergub) yang melarang segala bentuk kegiatan ekspor hasil laut, alam dan pertambangan yang memungkinkan bisa diolah di NTB. Kalau mampu diolah dengan jargon industrialisasi, maka nilai produktivitas serta nilai jualnya juga bertambah. ‘’Misalkan hasil produksi udang yang melimpah di pesisir Sumbawa masih banyak yang dikirim ke tanah Jawa dengan harga yang minim. Kenapa tidak diolah kemudian kita kirim ke Jepang atau negara lain dengan harga yang mahal,’’ katanya.

Politikus nasional itu menjelaskan bahwa program industrialisasi yang diciptakan oleh Gubernur NTB harus benar-benar dikeroyok dan didukung oleh tokoh-tokoh Samawa. Dengan begitu, lanjutnya, untuk mewujudkan industrialisasi di NTB perlu kerja sama yang intensif dari semua pihak. ‘’Seperti sapi dan kerbau yang banyak dihasilkan di Sumbawa, bukan hanya diekspor dengan jumlah banyak tapi tidak memberikan keuntungan yang besar bagi daerah. Oleh karena itu, dengan adanya industrialisasi maka diharapkan nilai produktivitas dan nilai jualnya akan semakin tinggi,’’ ujarnya.(Sid)