Proyek 10 Juta Sapi oleh HKTI NTB Sangat Realistis

Iwan Setiawan
Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan.
Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan.

Oleh: Lalu M Kamil AB |

LOTIM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Munculnya berbagai asumsi miring dari sejumlah kalangan soal program 10 juta sapi yang diluncurkan Dewan Pengurus Provinsi (DPP) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB dalam pekan terakhir ini mendapat atensi dari kalangan pengurus HKTI NTB.

Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan kepada beberapa awak media di Selong, Lombok Timur (Lotim), baru-baru ini menegaskan jika program 10 juta sapi HKTI NTB merupakan program riil dengan tahapan perhitungan yang rigit. Bahkan dirincikan detailnya dalam draft perjanjian kerjasama antara HKTI NTB, PT Karya Hoqi dan PT Mineral Energi Mulia (MEM). Pertama HKTI NTB menekan kerjasama dengan PT MEM yang tidak lain merupakan anak perusahaan dari PT Karya Hoqi, untuk mendatangkan sapi dari Australia. Di mana, modal HKTI NTB itu bersumber dari PT Karya Hoqi. Lalu ada kontrak kedua yaitu kontrak kerjasama antara HKTI NTB dengan PT Karya Hoqi.

Pada kontrak kedua ini, PT Karya Hoqi berkewajiban untuk membeli kembali kepada HKTI NTB dalam bentuk daging yang sudah dipotong, dan PT Karya Hoqi selaku pembeli memasarkannya ke pasar yang sudah jelas, yaitu pangsa pasar Timur Tengah. ‘’Jadi dua kontrak, pertama kontrak PT MEM dengan HKTI NTB untuk pembelian sapi. Dana HKTI NTB berasal dari PT Karya Hoqi. Kemudian nanti sapi yang dikelola oleh HKTI NTB ini, dibeli kembali oleh PT Karya Hoqi dalam bentuk daging yang siap diekspor ke Timur Tengah,’’ kata Iwan Setiawan.

Memperjelas posisi HKTI NTB dalam sistem kerjasama itu, utamanya terkait dengan permodalan, Iwan menjelaskan lagi secara lebih detail. ‘’Nah, modal awal ini kita telah MoU dengan PT Karya Hoqi. PT Karya Hoqi menaruh modalnya secara sah di rekening HKTI NTB untuk dijadikan modal bagi HKTI membeli sapi kepada PT MEM. Harus diketahui juga PT MEM ini adalah anak perusahaan dari PT Karya Hoqi, jadinya Direktur Utamanya satu, yaitu Haji Bachtiar,’’ ujarnya.

Dalam kontrak kerjasama antara HKTI NTB dengan PT MEM, jelas tertulis dalam draf kerjasama kedua belah pihak, jika HKTI NTB akan didropkan 10 juta sapi secara bertahap dalam jangka waktu 5 tahun. Dengan catatan jika tidak cukup 5 tahun, maka HKTI NTB diberikan waktu tambahan. Adapun rincinya 600 ribu ekor sapi per tahun. ‘’Jadi, perjanjian kontrak kerjasama antara HKTI NTB dan PT MEM yang merupakan anak perusahaan dari PT Karya Hoqi, HKTI NTB akan didropkan 10 juta ekor sapi bakala (brahma) dalam 5 tahun, dengan catatan jika tidak cukup 5 tahun, maka akan ada perpanjangan waktu bagi HKTI NTB. Untuk per tahunnya akan didrop ke HKTI 600 ribu ekor sapi,’’ ungkapnya.

Angka 10 juta ekor sapi yang diberikan kepada HKTI NTB itu merupakan jumlah kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian RI kepada PT Karya Hoqi untuk memenuhi pasar ekspornya ke Timur Tengah. Artinya PT Karya Hoqi melimpahkan seluruh kuotanya untuk HKTI NTB. ‘’Adapun kenapa kita taruh 10 juta ekor, itu merupakan kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian kepada PT Karya Hoqi untuk ekspor daging ke Timur Tengah, khususnya sebanyak 10 juta ekor,’’ ujarnya.

HKTI NTB akan membeli sapi dari anak perusahaan PT Karya Hoqi yaitu PT MEM sebanyak jumlah kuota tersebut. Jadi, dari Australia didatangkan ke NTB, dari NTB dipelihara 3 bulan, seterusnya disembelih di Lombok, dipacking di Lombok, baru diekspor ke Timur Tengah dan berbagai Negara. Iwan juga menyatakan jika saat ini, pihaknya di HKTI NTB akan berupaya maksimal mendatangkan 25 ribu ekor sapi di triwulan ke lV, atau sampai akhir tahun 2020 ini, sembari menunggu normalnya sarana dan prasarana serta aktivitas Pelabuhan Pelindo ll Gili Mas Lombok Barat. Sedangkan untuk harga daging sapi yang akan dibeli oleh PT Karya Hoqi kepada peternak binaan HKTI NTB, sudah tercantum dalam nilai kontrak yakni Rp55 ribu/kg dari berat hidup sapi per ekor. Dan dijenjelaskan, siapa saja boleh mengakses program ini, yang penting dia peternak atau mau belajar berternak, serta memiliki kandang dan ketersedian pakan di lokasi masing-masing.(Sid)