MATARAM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Ketua Umum Esport Indonesia NTB, Wahyudi Adisiswanto mengutip pakar futuristik tahun 80-an, Alvin Toffler; ada 3 gelombang di dunia ini; yakni gelombang agraris, gelombang industri dan sekarang memasuki gelombang informasi. Di mana, teknologi mempercepat arus informasi ini.
Wahyudi mengatakan, dalam zaman ini yang perlu diwaspadai ada culture shock, di mana manusia tidak siap menghadapi budaya baru. ‘’Tapi culture shock masih mending karena orang bisa beradaptasi menghadapi budaya baru yang bahaya ada namanya culture lag, itu kesenjangan budaya di mana manusia tidak siap mengatasi masuknya budaya baru,’’ katanya saat acara halal bihalal pengurus Esport Indonesia se-NTB, di Hotel Aston Inn Mataram, Jumat malam (28/5).
Sebagai dinas rahasia atau pendukung kebijakan pemerintah (policy support) BIN (Badan Intelijen Negara) hadir untuk memberikan wadah supaya tidak gampang terpengaruh budaya lain. Supaya tidak dimanfaatkan negara besar asing, memanfaatkan anak-anak jago, anak-anak cerdas di Indonesia untuk kepentingan negara asing. ‘’Maka segera kita wadahi, maka itu mengapa fungsi BIN berperan untuk dalam perkembangan esport, itu satu,’’ ujarnya.
Kedua, lanjut Wahyudi, di Amerika sendiri, Departemen Pertahanan Amerika memanfaatkan anak-anak atau jago-jago penghobby ini untuk kepentingan negara, kepentingan Amerika. ‘’Yang ketiga tentu ada semacam perhitungan materi atau finansial yang menguntungkan dalam bisnis esport ini, tapi yang pertama adalah persoalan budaya yang kita wadahi, karena mungkin bukan zaman saya dan mungkin juga bukan zaman Pak Mori, tapi zaman anak-anak kita,’’ ungkapnya.
Wahyudi mengkaui pernah membina 150 hacker dan awalnya, mereka itu pemain game semua. ‘’Jadi, anak pintar ini perlu tersalurkan dan harus ada semacam kompetisi yang sifatnya apresiasi kemampuan mereka masing-masing,’’ jelasnya.
Kembali ke halal bihalal, pengurus dan atlet esport Indonesia Daerah NTB ini merupakan ajang silaturrohim. ‘’Perkembangan intelektual yang on the track. Tidak kemana-mana, tidak dimanfaatkan politik, tidak dimanfatkan negara besar, jadi kita wadahi dan professional,’’ katanya.
Ketua KONI NTB, H Andy Hadiyanto mengharapkan atlet Esport NTB ini bisa mengibarkan bendera merah putih di kancah Internasional. ‘’Atlet Esi adalah volunter olahraga untuk bangsa Indonesia, saya beberapa kali merasakan sendiri Pak Ketua, ketika merah putih dikibarkan oleh anak-anak NTB, Masya Allah bergetar dada ini, menangis kita haru, ketika Bagus juara Asian Games, kemudian Mariyati juara dunia, Hindaresta juara dunia kemudian Zohri kemarin juara dunia,’’ ujarnya.
Luar biasa anak-anak NTB, kata Ketua KONI NTB, Andy Hadiyanto memberikan apresiasi. ‘’Saya yakin generasi muda yang menggeluti olaharga Esi akan juga berprestasi membanggakan bangsa ini,’’ kata Andy disambut tepuk tangan meriah.
Untuk PON Papua, mungkin Esi akan jadi pertandingan eksibisi. ‘’Insya Allah kalian akan berjaya untuk PON Papua besok, sehingga bisa mewakili Indonesia di internasional,’’ harapnya disambut tepuk tangan lagi.
Ketua Kontingen PON NTB, Mori Hanafi sangat senang bisa hadir dalam halal bihalal pengurus dan atlet esport NTB ini. Mori menceritakan saat kuliah di Australia yang unggul dalam perdagangan dan IT tidak ada mata kuliah tentang e-commerce yang mewabah dan cepat seperti sekarang.
Mori memprediksikan olahraga Esport ke depan semakin banyak penggemarnya dan bisa berprestasi di tingkat nasioonal dan internasional. Demikian juga Gubernur NTB yang diwakili Kadispora NTB, H Surya Bahari menyampaikan salam Gubernur dan Esport NTB maju serta berprestasi di tingkat nasional.
Sebelum mengakhiri acara ada talkshow tiga atlet, Mely yang juga mahasiswa Fakultas Kedokteran sudah juara di tingkat nasional dan Internasional dan juga dua atlet lainnya sudah menjuarai tingkat internasional, nasional dan Indonesia Timur.(Sid)