Alhamdulillah, Dua Siswi Peneliti MAN 1 Lotim Tembus LIPI Jakarta

man 1 lotim
Dua siswi peneliti MAN 1 Lotim diapit oleh Kepala MAN 1 Lotim, M Nurul Wathoni (paling kiri) dan Pembina KIR MAN 1 Lotim, Bukhori Muslim (paling kanan).

LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.CO.ID – Proposal penelitian dua siswi MAN 1 Lombok Timur (Lotim) atas nama Wahyuni Wardiati dan Siti Jamiatun terpilih dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-53 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta. Dua siswi MAN 1 Lotim ini mampu bersaing dengan ribuan siswa-siswi dari seluruh Indonesia.

Kepala MAN 1 Lotim, M Nurul Wathoni, di Selong menjelaskan, bidang kajian yang diangkat dalam penelitian kedua siswinya ini yakni Bidang Sosial Humaniora, dengan judul ‘’Pemenuhan Hak Sertifikasi Tanah Atas Nama Perempuan Suku Sasak’’, Studi Kesetaraan Gender di Kecamatan Sakra Barat.

Dijelaskan, ide penelitian dilatarbelangi UU Pokok Agria (UUPA) No.5 Tahun 1960, pasal 9 ayat (2) yang menyatakan bahwa ‘’tiap-tiap warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi diri sendiri maupun keluarganya’’.

Dapat disimpulkan dalam UUPA No.5 tahun 1960 kedudukan perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam sistem sertifikasi tanah, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dan manfaat dari tanah tersebut.

Yang menjadi sorotan melalui penelitian ini, kondisi idealnya dapat dilihat dalam peraturan UU di atas, namun kenyataannya dalam masyarakat Suku Sasak, kondisi idealnya sangat berbeda dengan hukum adat yang berlaku.

Diketahui, dalam hukum adat menyatakan hanya laki-laki yang berkesempatan memiliki hak tanah dalam pembagian warisan. Meskipun terlibat dalam pembagian warisan wanita Suku Sasak hanya mendapat sebagian kecil dari warisan keluarga dan selebihnya untuk laki-laki.

‘’Setelah mendapatkan data yang relevan dengan penelitian. Dengan modal data penelitian, narasi pembahasan dan didukung teori yang kuat, siswi kami akan mulai menjawab realitas dan kondisi ideal dalam masyarakat Suku Sasak,’’ ujarnya.

Subjek pengumpulan data, lanjut Nurul Wathoni, adalah pihak perempuan baik yang sudah menikah ataupun belum, kemudian akan dipilih narasumber laki-laki untuk melihat sisi pandang mereka tentang kesetaraan gender. Kemudian pihak yang berwenang seperti BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk mendapatkan data tertulis tentang kepemilikan tanah di Kecamatan Sakra Barat, dan kepala suku juga akan dimasukkan dalam daftar narasumber untuk mengetahui proses pembagian harta waris dari sudut pandang adat istiadat.

Data yang diharapkan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah, yakni pertama paling mendasar yaitu data tertulis di BPN untuk mengetahui jumlah selisih pemilik surat tanah antara laki-laki dan perempuan di Sakra Barat. Data bagaimana usaha perempuan dalam pembagian harta waris dengan angket. Data dari hasil wawancara dengan kepala Suku Sasak untuk mengetahui cara pembagian harta waris dari pandangan hukum adat. Dan bagaimana perspektif laki-laki terhadap kesetaraan gender dalam masyarakatnya.

Nurul Wathoni juga mengaku sangat memberikan apresiasi atas suburnya iklim meneliti di kalangan siswa-siswi di Madrasah yang ia pimpin. Nurul Wathoni memaparkan bahwa hampir setiap tahun MAN 1 Lotim terus berpartisipasi dalam kompetisi ilmiah yang cukup bergengsi di Indonesia seperti Myrest yang diselenggarakan Kementerian Agama, KOPSI yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, dan LKIR yang dislenggarakan oleh LIPI.

Sementara itu, salah seorang siswi peneliti, Wahyuni Wardiati memaparkan, metode yang dipergunakan dalam penelitiannya yakni metode, observasi, wawancara dan angket (kuisioner). ‘’Kami menggunakan observasi untuk melihat secara langsung berapa besar lahan tanah bagian wanita dalam pembagian harta warisan,’’ kata Wahyuni.

Menurut Bukhori Muslim yang sudah diamanatkan menjadi Pembina KIR sejak tahun 2015 lalu menuturkan bahwa keberadaan KIR di MAN 1 Lotim merupakan salah satu tuntutan dari abad ke-21 yakni melahirkan manusia yang berpikir kritis. ‘’Proses ini sangat dikedepankan dalam pembinaan mental siswa agar senantiasa menghasilkan karya yang memperhatikan etika ilmiah,’’ kata Bohari.(Kml)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *