JAKARTA, LOMBOKTODAY.CO.ID – Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024 memang terbilang masih jauh. Namun, sejumlah figur perempuan kini sudah mulai muncul dan hangat diperbincangkan publik.
Sejumlah figur perempuan tersebut di antaranya; Yenny Wahid, Puan Maharani, Susi Pudjiastuti, Ida Fauziyah, Tri Rismaharini, Sri Mulyani, Iriana Jokowi, Khofifah Indar Parawansa dan Megawati Soekarnoputri.
Lantas seperti apa publik merespon figur-figur tersebut? Apakah figur-figur tersebut punya basis massa dan kesiapan penunjang lainnya untuk maju dan meyakinkan publik serta elit-elit politik dalam menghadapi Pilpres 2024 mendatang?
Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI), Suwadi Idris Amir dalam analisisnya mengatakan bahwa Yenny Wahid adalah figur perempuan yang ideal, namun persiapan politiknya masih belum lengkap. ‘’Yenny Wahid hanya bermodalkan SDM (sumber daya manusia) dan basis, namun Yenny Wahid masih lemah dari segi politik dan cost politik,’’ kata Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI), Suwadi Idris Amir, saat dikonfirmasi Lomboktoday.co.id, via WhatsApp (WA) dari Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Soal kapasitas dan basis, lanjut Suwadi Idris, tentu putri Presiden ke-4 RI ini sangat layak untuk maju di Pilpres 2024 mendatang sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres). Namun, situasi politik bagi Yenny Wahid kurang terdukung faktor jam terbang di pemerintahan dan terkendala cost politik serta parpol (partai politik).
Sehingga menurut Suwadi Idris, Yenny Wahid sebaiknya memulai langkah politiknya dengan maju di kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta atau Jawa Timur (Jatim). Bila perlu memulai dengan menjadi menteri. ‘’Nanti pada 2029 baru moment yang tepat bagi Yenny Wahid untuk maju di kontestasi Pilpres,’’ ucapnya.
Sementara itu, dari hasil survei yang dilakukan Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), nama Yenny Wahid menjadi salah seorang figur dari 9 (Sembilan) tokoh perempuan yang berpotensi maju sebagai calon presiden (Capres) pada Pilpres 2024.
Di mana, dalam hasil survei tersebut, Yenny Wahid mempunyai elektabilitas 3,14 persen, sehingga mampu mengungguli tokoh politik perempuan lainnya. Seperti diketahui bahwa Yenny Wahid bukanlah pejabat atau mantan pejabat publik. Namun begitu, Yenny Wahid mampu mengungguli para pejabat perempuan lain seperti Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah hingga Megawati Soekarnoputri.
Menanggapi hal itu, Alumnus Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Universitas Paramadina Jakarta, Muhammad Natsir MA mengatakan perolehan elektabilitas 3,14 persen Yenny Wahid adalah fenomena yang sangat menarik.
Pasalnya, menurut Muhammad Natsir, Yenny Wahid sama sekali tidak pernah memiliki panggung formal sebagai pejabat publik, seperti tokoh perempuan lainnya. ‘’Beberapa menteri dan kepala daerah memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas tinggi, salah satunya karena dukungan publisitas tinggi sebagai pejabat apalagi selama pandemi Covid-19,’’ katanya.
Berikut ini hasil survei ARSC terkait figur Capres 2024 perempuan, di antaranya; Mantan Menteri Kelautan dan Perikatanan, Susi Pudjiastuti menempati urutan teratas dengan elektabilitas 24,21 persen. Selanjutnya disusul Menteri Sosial, Tri Rismaharini yang memperoleh elektabilitas 17,66 persen; Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dengan elektabilitas 11,07 persen.
Kemudian Menteri Keuangan, Sri Mulyani mendapat elektabilitas 10 persen; Puan Maharani 4,01 persen; Yenny Wahid 3,14 persen; Megawati Soekarnoputri 2,79 persen; Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah 1,32 persen; dan Istri Presiden Jokowi, Iriana Jokowi yang mendapat elektabilitas 1,07 persen.
Survei ARSC ini melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi dengan 60 persen berusia muda di bawah 30 tahun dan usia minimal 17 tahun. Survei ini menggunakan metode ‘’multistage random sampling’’ dan dilakukan melalui sambungan telepon, adapun margin error plus minus 2,9 persen.
Survei tersebut mendapatkan perhatian dari politisi PDIP, Diah Pitaloka. Diah Pitaloka menanggapi positif figur calon perempuan yang saat ini sudah mulai diterima oleh masyarakat. Diah Pitaloka juga mengatakan bahwa fenomena ini adalah salah satu nilai baru bagi pemilik Indonesia. ‘’Ini salah satu nilai baru bagi pemilih Indonesia, karena perempuan sudah mulai diterima,’’ kata Diah Pitaloka.(Sid)
No Comments