Sinyal Kecelakaan Politik di Balik Festival Kecimol Lombok Timur

Festival Kecimol
Tampak Bupati Lotim, HM Sukiman Azmy (kain merah) bertepuk tangan di atena Festival Kecimol.

Oleh: Lalu M Kamil |

“NILA SETITIK, RUSAK SUSU SEBELENGA“, nampaknya pepatah lama ini cocok disematkan untuk Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Pemkab Lotim) sebagai akibat yang diderita atas penyelenggaraan Festival Kecimol yang digelar belum lama ini.

Pasalnya, pada momentum festival kreasi seni musik yang disebut “Kesenian Cilokak Modern Lombok atau yang disingkat “Kecimol” itu mengundang kontroversi masyarakat Lombok Timur hingga memantik reaksi hujatan dari sejumlah kalangan.

Festival yang dibacking Pemkab Lombok Timur itu menyuguhkan pemandangan lebih kepada nuansa porno aksi para pemain instrumen dan jogetan sejumlah gadis-gadis cantik berpenampilan sexi yang berdansa melebihi gaya discotik selayaknya seperti yang sering terjadi di jalanan dengan joget bebas saat mengiring pengantin.

Meskipun pada pidato pembukaan festival oleh Bupati Lombok Timur, HM Sukiman Azmy dengan tegas mewanti-wanti kepada panitia dan para peserta agar senantiasa menjaga etika sopan-santun. Namun pesan itu terkesan dianggap angin lalu oleh para peserta yang didominasi kaum muda/remaja.

Begitu tabuh drum/gendang kecimol mulai menggelegar, dengkul kaum muda secara replek memasuki arena, aksi joget pornopun tak terbendung. Semakin ramai dentuman genderang, goyangan senggol-senggolanpun semakin memabukkan pasangan lawan jenis.

Publik membaca, niat Pemkab Lombok Timur tentu sebagai bentuk apresiasi terhadap menjamurnya grup kesenian hasil kreasi dari seni tradisional Cilokak yang dimodifikasi dengan peralatan musik modern seperti keyboart, gitar electrik dan alat drumband.

Alih-alih Bupati Sukam merestui gelaran ini berharap pendapat simpati politik dari komunitas Kecimol, namun menuai antipati masyarakat kalangan rasional.

Tanggapan miring dari sejumlah Tuan Guru yang tergabung dalam Forum Kerjasama Pondok Pesantren (FKSPP) Lombok Timur melalui Grup WhatsApp (WAG) ramai angkat bicara. Hampir dari seluruh yang bersuara, kompak menyuarakan pernyataan bernada sentilan terhadap Pemkab Lombok Timur.

Bahkan salah seorang tuan guru meminta Pemkab Lotim harus memanggil panitia penyelenggara untuk bertanggung jawab.

Alasannya, ini sangat kontra produktif dengan misi Bupati Sukiman yang menggelontorkan dana miliaran rupiah setiap tahun untuk membumikan Alqur’an melalui lembaga tahfiz dengan mencetak 5.000 hafiz-hafizah.

“Lotim budaya santri dan tengah berikhtiar membumikan Alqur’an rusak gara-gara kecimol yang bukan budaya Sasak,” sebutnya.

Para aktivis Lombok Timur terpantau dari beberapa grup WA juga ikut angkat bicara. Bahkan ada yang berstetmen dengan nada sangat menyayangkan di tengah upaya beberapa desa di Lombok Timur merancang peraturan desa terkait epek dari aksi kecimol yang acap menimbulkan keonaran di jalanan, malah Pemkab Lotim secara tidak langsung melegalkan forno aksi berbungkus festival kreasi seni yang tidak jelas asal-usulnya itu.

Menanggapi polemik ini, Pemkab Lombok Timur tidak egois, akan tetapi bersikap responsif dan langsung mengirim sinyal “mengaku bersalah”.

Sebagai bukti, melalui grup WA “Focus Lotim”, di sela-sela polemik ini menjadi topik bahasan anggota grup, pada Kamis (26/1/2023), Sekda Lotim, HM Juaini Taofik mengeluarkan pernyataan sikap.

Sekda menyampaikan terima kasih atas berbagai saran dan kritik terhadap kegiatan festival Kecimol yang terselenggara beberapa hari lalu. Beberapa point pernyataan Sekda di antaranya, Bupati menyambut baik kegiatan ini sebagaimana harapan ketua panitia karena fungsi Pemerintah sebagai artikulasi kepentingan masyarakat;

Lanjut Sekda, dalam sambutan Bupati pada sesi pembukaan acara juga mewanti-wanti untuk kesenian Kecimol yang lebih santun.

Respon Bupati pasca festival juga begitu cepat untuk menugaskan Kadis Pariwisata berkoordinasi dengan Ketua Panitia guna melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang dinilai jauh dari nilai kesopanan dan kewajaran.

Terakhir, Sekda berpesan semoga dengan momentum ini dapat meningkatkan kesadaran kolektif warga Lombok Timur untuk bersama-sama memperbaiki berbagai hal di sekelilingnya.

“Bagaimanapun guyubnya Pemerintah, bersama seluruh komponen masyarakatlah yang dapat memperbaiki kondisi dari yang kita nilai kurang baik untuk menjadi lebih baik,” urai Juaini Taofik.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *