SUBANG, LOMBOKTODAY.CO.ID – Di tengah pro kontra yang menghiasi riak-riak politik Indonesia, Rudi Hartono selaku Ketua P3STL (Perkumpulan Petani Penggarap Sejahtera Tani Lestari) Kabupaten Subang, fokus mendorong gagasan reforma agraria.
P3STL pada masa pemerintahan periode mendatang mendorong masalah-masalah reforma agraria di Tanah Air, situasi sekarang ada yang terlupakan dari riak-riak politik hari ini, yaitu hanya sebatas kuantitatif, tetapi lupa pada hal urgensi yang kualitatif yaitu amanat konstitusi yang sudah tertuang di dalam Program Nawacita.
Rudi Hartono membeberkan kepada media terkait hasil pertemuannya dengan Kepala ATR/BPN Kabupaten Subang, Andi Kadandio Alepuddin, pada Minggu lalu. Di mana, Kepala ATR/BPN Kabupaten Subang, Andi Kadandio Alepuddin berjanji akan memprioritaskan kelompok P3STL Manyingsal untuk mendapatkan lahan garapan sesuai dengan amanat konstitusi dan siap memfasilitasi pertemuan dengan pihak PT PG Rajawali II dan seluruh unsur Forkompimda Kabupaten Subang.
Dalam pertemuan multipihak di kantor ATR/BPN Kabupaten Subang, pada Selasa (6/8/2024), P3STL menekankan untuk tetap menjalankan SOP dan nomenklatur yaitu 20% yang dibagikan kepada masyarakat sesuai amanat reforma agraria dengan berpedoman pada PERPRES Nomor: 86 tahun 2018 tentang Reforma Agraria dan PERPRES Nomor: 62 tahun 2023 tentang Percepatan Penataan Reforma Agraria.
Namun apa yang terjadi, justru dari pihak PT PG Rajawali II menolak. ‘’Kami menyayangkan sikap ATR/BPN Kabupaten Subang yang tidak tegas terhadap PT PG Rajawali II yang tidak mau diatur oleh pemerintah. Dan kami P3STL sudah secara terang-terangan menantang balik pihak PT PG Rajawali II, mau sampai mana saja kami akan lawan, mereka jual kami beli,’’ tegas Rudi Hartono.
Rudi Hartono juga dengan lantang terhadap ATR/BPN Kabupaten Subang bahwa jangan mau diatur oleh pihak PT PG Rajawali II. ‘’Ini kok aneh, kok mau diatur sama pihak PT PG Rajawali II,’’ ucap Rudi Hartono.
Dari awal pertemuannya dengan ATR/BPN Kabupaten Subang, P3STL tetap mempertanyakan Warkah sertifikat HGU Nomor 1 Wanasari yang sampai saat ini oleh pihak ATR/BPN selalu berkilah dengan berbagai macam alasan.
Tidak hanya itu, kawan–kawan SPETAK yang selalu mendampinginya dalam beberapa kali pertemuan, juga mengancam untuk membuka kedok ATR/BPN Kabupaten Subang selama ini, dan tetap mempertanyakan hal yang sama yaitu ATR/BPN Kabupaten Subang yang telah menjanjikan Warkah sertifikat HGU yang diklaim PT PG Rajawali II sampai saat ini belum juga bisa diperlihatkan kepada dirinya.
Kenapa pihaknya saat ini semakin gencar berjuang, kata Rudi Hartono, karena ia melihat dengan maraknya masalah global dan nasional yang seperti geopolitik global yang kian memanas, krisis pangan dan energi di depan mata, reforma agraria, bonus demografi, persoalan pendidikan, pengangguran, disrupsi teknologi, krisis air bersih di beberapa daerah, ketimpangan sosial, kenaikan harga kebutuhan pokok, krisis lingkungan.
Tidak hanya itu, kehidupan demokrasi politik hari ini tidak bisa dijauhkan dari urat nadi penderitaan rakyat. Oleh sebab itu, Rudi Hartono menekankan kepentingan rakyat adalah memastikan Presiden Indonesia ke depan dalam program terkait masalah reforma agraria adalah menjadi prioritas.
Kepentingan P3STL untuk membawa persoalan agraria di Manyingsal ini pada level nasional, lanjut Rudi Hartono yang biasa dipanggil Asep Jebrot, adalah mendorong Manifesto Reforma Agraria sebagai jalan keluar dari Penguatan Kedaulatan Pangan dalam kerangka membangun posisi tawar petani, sehingga tercipta petani yang berdaulat.(Sid)