Politik Seksi

Lalu Iqra Hafiddin.
Lalu Iqra Hafiddin.

Oleh: Lalu Iqra Hafiddin (Ketua DPD GMPRI NTB)

APA yang terlintas ketika kita mendengar kata politik dan seksi. Rekayasa kah, intrik kah, atau hal ihwal tentang sebuah analogi dari sebuah anatomi politik itu sendiri, interpretasi kalian adalah seninya.

Seperti seorang gadis dengan pesona yang bisa dinikmati setiap khalayak baik dari bibir sampai dengan manuver liuk tubuhnya. Politik Seksi adalah sebuah tema dengan setiap alenia yang menjelaskan tentang kuantitas, kualitas, potensi sampai kompetensi untuk sama-sama menikmati seluruh operasional dari kekuasaan itu sendiri.

Tepat setelah kalimat ini menjadi rangkaian pengantar silahkan persiapkan perlengkapan intelektual kalian untuk mengidentifikasi setiap mikropolitik dari masing-masing arsitektur keadilan. Tentu mereka semua memiliki semangat untuk merekonstruksi dan mereintegrasi serakan suara-suara minoritas.

Integritas dipertaruhkan yang seambang dengan rasa malu. Ini semua tentang muatan kritik serta kriteria dari seorang yang akan dianggap cakap untuk merefleksikan realitas serta fenomena fatamorgana dari kilas balik ketidakmampuan. Politik itu sebuah silogisme yang tak cukup diukur hanya dengan deretan angka aspirasi lalu masuk kotak.

Jika kita berangkat dengan sebuah keseksian dalam politik maka otentik kenikmatan bersetubuhnya ada pada tiap-tiap visi dan misi yang disuguhkan.

Bagi orang biasa dia akan berkata: mohon lepaskan nuansa politik anda dari tubuh saya. Apa kau pernah melihat orang yang memberi motivator di siaran televisi ? Yang disuguhkan hanya kata-kata bijak lengkap dengan aksesoris kehidupan yang seolah mengambarkan kemampuannya untuk menanggulangi implikasi.

Tepat setelah kuda-kuda dan pion itu dijalankan kini semerbak mereka menggantungkan harapannya. Apa yang paling kau inginkan adalah apa yang paling kau takutkan begitu pesan politiknya. Jadilah petarung yang baik agar setiap momen menjadi momentum.

Politik adalah seni pemberontakan, tidak ada satupun materi dalam dunia yang tidak kontradiktif dengan dirinya. Leon Trotsky mengatakan bahwa tidak ada seni yang terlepas dari muatan politik sampai dalam hal memilih baju yang dikenakan.

Bila dalam sejarah Yunani kita disuguhkan dengan cerita humanis dan kemurnian dari politik, lain halnya dengan sebuah peradaban yang sudah cukup gila untuk kita telanjangi. Mengapa ungkapan Leon Trotsky yang digunakan bukankah ada yang lebih inspiratif.

Yang inspiratif adalah pembaca tulisan ini sehingga anda bisa  mengkritisi tulisan ini sembari bertamasya, tak ada maksud yang disampaikan, hal ini adalah interpretasi bebas tanpa batas. Apa yang lebih nikmat selain menafsirkan pikiran orang atau sekelompok orang ?

Keadaan

Saat perayaan telah selesai dan oposisi kembali memungut yang tercecer, sebuah dadu kosong telah dilemparkan.

Ini perihal sebuah daerah yang kita cintai atau apa kata yang lebih suci dari cinta mungkin nafsu tepatnya. Berselang waktu telah diucapkan oleh para elite dan tanpa ada dari mereka yang masih duduk hingga sampai pada semua memiliki potensi untuk memimpin.

Visi dan Misi adalah senjata untuk orang bodoh yang ingin bermimpi. Katakan saja ini sebagai sebuah risalah kekecewaan atas setiap yang duduk memberi lalu lekas meminta kembali. Daerah dalam sejarah yang memiliki distrik paling pemberani adalah daerah kita, sejauh kau melihat adalah hal paling kososng tentang sebuah kejayaan. Tak ada yang benar-benar akan mengira sebuah olokan mungkin juga hinaan adalah narasi tanpa isi.

Analogy Politik Seksualitas

Apa kau sering berjalan dan duduk pada malam hari lalu melihat perempuan dengan rok pendek serta raut muka yang dilumuri bedak-bedak, jangan melihat pada siang karena kita sedang berada pada posisi yang sama atas nuansa birahi, waktu mana lagi yang paling nikmat untuk mencicipi kalau bukan malam, jadi tak usah berfikir apakah siang hari dia cantik atau tidak karena sejak awal tidak ada yang benar semua tentang jualan seksualitas, kecuali kau memiliki banyak kertas.

Politik yang sesungguhnya paling memaksa kita untuk orgasme setiap saat, adalah politik yang menyenangkan pada saat sesaat dan adalah poltik yang menyuguhkan kenikmatan tanpa perlu kau berfikir ini akan jadi kebohongan atau kebaikan.

Kontestasi telah dibuka saatnya para perangkat intelektual membuka ide-ide dari setiap mereka yang sudah selesai dengan dirinya. Ini tentang apa yang akan kita sebut sebagai sebuah tradisi demokrasi atau terserah kalian ingin menyebutnya apa. Ini adalah hal paling ditunggu untuk kita nikmati bagaimana mereka telah menyiapkan konstruksi basis sejak dini. Peluang adalah hak yang tak bisa direngut kecuali oleh kemunafikan.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *