Mengatasi Kesulitan dengan Mengelola Pikiran

Mengatasi kesulitan itu memang bisa dilakukan dengan mengelola pikiran.
Mengatasi kesulitan itu memang bisa dilakukan dengan mengelola pikiran.

Oleh: Cukup Wibowo |

SETELAH merasakan sendiri betapa penyembuhan itu juga bisa dilakukan oleh pikiran (mind), selain obat yang diberikan oleh dokter, saya ingin membagi pengalaman perasaan yang amat fantastik itu dengan Anda saat bisa mengatasi diri keluar dari kemelut yang disebabkan oleh Covid-19, terutama pada rasa ketakutan dan sisi kejiwaan lainnya. Meskipun saya sadari tulisan berikut ini bisa jadi bukan sesuatu yang baru, karena penyembuhan oleh pikiran itu sebenarnya sudah lama dipraktekkan dengan istilah yang beragam, yang salah satunya adalah penyembuhan diri dengan jalan mengelola pikiran (self healing teraphy).

Anda tahu, kita semua sesungguhnya selalu pernah berada dalam perasaan-perasaan yang amat fantastik. Sebuah perasaan yang begitu memukau yang kita dapatkan setelah melewati penghayatan dengan berbagai cara. Ada yang menempuh lewat jalan sholat, meditasi, atau persembahyangan dengan cara masing-masing. Dan setelahnya, kita seperti merasakan satu kesanggupan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tubuh tidak lagi sebagai tubuh yang merintih karena sedang dilanda kesakitan. Tubuh tidak lagi tubuh yang  berbaring dengan menghabiskan waktu untuk menerawang yang tak berguna. Tubuh ini seakan mengalami perubahan drastis dari tidak bisa menjadi sangat bisa dengan begitu sempurnanya, yang bisa mengubah rasa sakit menjadi tak terasakan sama sekali. Karena apa? Karena pikiran telah menemukan jalan keluarnya dengan cara menembus ruang yang semula terdengar mustahil menjadi kenyataan yang tak lagi aneh. Tak ada lagi kesulitan karena kemudahan sudah datang untuk menyelesaikannya. Tak ada lagi kesakitan, karena jalan kesembuhan sudah terencana dengan baik di pikiran.

Hampir bisa saya katakan pengalaman keluar dari kemelut maupun kesulitan diri itu karena tindakan bersungguh. Saya tidak melewatkan kesungguhan karena saya memang ingin sembuh dari sakit saya. Saya ingin keluar dari kesulitan saya. Saya ingat saat memulai dengan kalimat yang saya tujukan pada diri sendiri. Anda harus mencoba agar sensasi yang saya rasakan itu juga Anda rasakan, ‘’Saya sanggup keluar dari kesakitan ini. Dari kesulitan ini. Karena saya bukanlah sosok kecil yang tak bisa apa-apa. Tuhan membuat saya tak lagi takut dan cemas apalagi minder. Karena saya tahu dan sangat tahu keminderan itu tak hanya menghambat diri untuk bisa hebat, tapi juga membuat diri makin kehilangan manfaat. Saya tahu karena pernah merasakan, kalau keminderan itu hanya akan membuat semua kesanggupan menjadi lenyap terganti oleh perasaan kerdil’’.

Setelah menemukan perbedaan antara sanggup dan tidak sanggup itu segera hadirkan dalam pikiran tentang sosok-sosok yang pernah Anda kenal atau setidaknya yang Anda tahu melalui bacaan atau televisi sebagai sosok yang berhasil yang membuat Anda berdecak kagum atas keberhasilan mereka. Kemudian hayati dan pahami, bahwa mereka yang berhasil itu ternyata memang punya rahasia yang sangat sederhana: mereka melakukan yang tidak dilakukan oleh lainnya.  Sesederhana itu rumusannya yang membuat Anda bisa melakukannya. Sekarang katakan di pikiran Anda, ‘’Saya bisa. Dan saya akan melakukan yang selama ini tidak saya lakukan. Mental saya sudah siap untuk itu!’’.

Kini yakinkan pada diri Anda sendiri dengan seolah-olah Anda menasehati orang yang menyimak Anda, ‘’Perbedaan kita dengan siapapun yang disebut pemenang sesungguhnya tidak terletak pada nasib yang sudah ditentukan, karena Allah Yang Maha Penyayang tak pernah pilih kasih pada hamba-hambaNya. Kasih sayangNya diberikan pada apa yang tak sanggup dipenuhi oleh hamba-hambaNya. Itu sebabnya garis pembatas (demarkasi) antara nasib dan ikhtiar jelas bedanya, jelas posisinya. Ukuran perbedaan dari sebuah pencapaian itu di kualitas ikhtiar. Maka, siapa yang sudah berbuat dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Tak pernah ada yang namanya hasil besar bisa digapai oleh tindakan kecil yang tak bersungguh’’.

Teruskan nasehat itu dengan membayangkan bahwa Anda benar-benar disimak, “Sejak awal kita memang sudah berbeda. Karena perbedaan yang diciptakan Tuhan itu memang keniscayaan yang tak bisa dielakkan oleh manusia. Yang harus kita samakan sebagai sesama manusia hanyalah pada orientasi kemanfaatan. Tindakan yang membawa faedah dan kegunaan yang tak bisa dibantah oleh siapapun. Selaras dengan itu adalah makin fokusnya pikiran kita terhadap hakekat kebaikan. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Yang namanya kebaikan tindakan itu adalah apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan orang. Apakah sudah sesuai dengan ukuran kejujuran dan kemanfaatan yang berguna atau tidak?”

Tuturkan terus apa yang ada dalam pikiran Anda karena Anda benar-benar disimak dengan seksama, ‘’Kesempatan itu seperti cahaya yang melintas di pikiran siapa saja yang siaga. Tak akan pernah mampir di pikiran kosong yang tak bersedia. Di kesempatan itulah yang namanya harapan berhimpun dalam rumusan indah bernama kesuksesan, kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan lahir dan batin. Kita bisa memetik buah harapan itu tak cuma satu, bahkan semuanya. Karena kita sudah mengetahui di mana dan bagaimana cara mendapatkan buah harapan itu dari pohonnya. Bila kita masih membiarkan semua itu hanya di angan-angan dan tak kita wujudkan melalui kesungguhan yang nyata, maka sesuatu itu akan tetap saja merpakan fatamorgana’’.

Sekarang Anda hanya perlu berbicara pada diri sendiri. Kalimat-kalimat berikut ini resapi dalam penghayatan yang penuh, ‘’Hidup ini sungguh berwarna, indah dan fantastik. Keajaiban yang teruraikan yang seolah-olah hanya ada di dunia dongeng itu sesungguhnya terletak di pikiran yang kuat, bukan di pikiran yang lemah, cengeng dan hanya menunggu dan termangu. Allah Yang Maha Adil hanya memberi satu modal yang sama pada semua hambaNya, ialah pikiran. Kita gunakan atau kita sia-siakan sepenuhnya tergantung kita sendiri. Bila sebaik-baiknya diri adalah pada kemanfaatan yang dirasakan oleh orang lain, maka hanya mereka yang tahu karunia atas pikiran itulah yang bisa mewujudkan kemanfaatan itu’’.

Tentu saja semua kalimat yang berisi nasehat dan penghayatan diri itu adanya di pikiran. Bila pikiran kita bisa terkelola dengan baik dan bersungguh-sungguh insyaallah akan kita dapatkan solusi bagi kesulitan yang kita hadapi. Salam sehat selalu. Di pandemi Covid-19 yang belum berakhir dan masih menyodorkan banyak kesulitan semoga kita bisa menghadapinya dengan mudah.(*)

Kopajali, Senin 27 Juli 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *