Pemprov NTB Terus Dukung Co-Firing Biomass PLN, Ini Alasannya

Hj Sitti Rohmi Djalillah
Wagub NTB, Hj Sitti Rohmi Djalillah.

MATARAM, LOMBOKTODAY.CO.ID – Dalam mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) atau Nol Emisi Karbon di tahun 2050 mendatang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus mendukung program Co-Firing Biomass yang diinisiasi PT PLN (Persero).

Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Hj Sitti Rohmi Djalilah mengatakan, Co-Firing Biomass sebagai salah satu peluang yang diharapkan oleh Pemprov NTB.

“Ini harus segera kita laksanakan, NTB saat ini sedang merancang formula bagaimana untuk mendukung program zero waste, NTB Hijau, pemberdayaan masyarakat dan renewable energi, sehingga ini bisa terstruktur dan step by step,” kata Wagub NTB, Hj Sitti Rohmi Djalillah saat menghadiri rapat terkait peningkatan pemanfaatan renewable energi pada pembangkit listrik yang berlangsung di Ruang Rapat Anggrek Kantor Gubernur NTB, pada Selasa (20/9/2022).

Ummi Rohmi, demikian Wagub NTB ini biasa disapa menjelaskan, Co-Firing Biomass saat ini lebih fleksibel. Bukan hanya dari sampah, tetapi bahan bakunya dari kayu-kayu kecil, dan bekas serutan kayu. Misalnya bisa didapatkan dari tanaman cepat tumbuh seperti Lamtoro, Gamal dan Indigofera.

“Sekarang lebih fleksibel. Bukan hanya dari sampah saja, tapi dari ranting-ranting, kayu-kayu kecil, bekas serutan kayu, semua itu bisa dipakai. Jadi, semakin meluas jenisnya,” ujarnya.

Sementara itu, General Manager PLN UIW NTB, Sudjarwo menjelaskan bahwa PLN sudah melakukan Co-Firing untuk penggantian batu bara dengan sampah di TPU Kebon Kongok dan dibantu dengan sekam padi, serbuk kayu, tetapi presentasinya masih kecil yakni 3% dari kebutuhan batu bara.

Upaya peningkatan kapasitan Co-Firing Biomass yakni membangun hutan energi dan penanaman pohon sisipan. Adanya mesin cacah atau wood chipper (kayu, sampah organic, bongol jagung), peralatan untuk meningkatkan Kalori Biomassa dan TJSL mesin pemipil jagung.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Julmansyah menjelaskan terkait hutan energi yang dapat dimanfaatkan, seperti pemanfaatan lahan kritis atau lahan kering, lahan hasil deforestasi, hasil perambahan hutan yang banyak tersebar di pulau Sumbawa.

“Kita punya areal perhutanan sosial sekitar 78 ribu hektare, belum dipisahkan mana hutan lindung dan produksi, tetapi areal tapak pengembangan hutan energi yang dibutuhkan PLN, kita akan alokasikan dari areal perhutanan sosial difungsi hutan produksi dan itu tersebar di Pulau Sumabawa,” katanya.(Sid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *