Geliat Kerajinan Ketak, dari Lombok ke Mancanegara

Dua wanita warga Dusun Nyiur Baya, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, sedang menganyam kerajinan ketak.(Lomboktoday/P Nugraha)

LOBAR,Lomboktoday.co.id – Produk kerajinan anyaman khas Lombok dari bahan baku Ketak, semakin diminati pasar. Bukan hanya pasar lokal dan domestik, kerajinan Ketak juga sudah lama diminati pasar mancanegara. Setelah Amerika, Australia, dan sejumlah negara di eropa, kini kerajinan ketak mulai ditaksir pasar di negara Korea, Jepang, dan China.

Dua wanita warga Dusun Nyiur Baya, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, sedang menganyam kerajinan ketak.(Lomboktoday/P Nugraha)
Dua wanita warga Dusun Nyiur Baya, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, sedang menganyam kerajinan ketak.(Lomboktoday/P Nugraha)

Ekspansi pasar itu menjadi alasan mengapa hingga kini masyarakat di Dusun Nyiur Baya, Desa  Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, terus mempertahankan tradisi menganyam rumpit jenis Ketak ini menjadi kerajinan bermanfaat.

Selain membuka lapangan kerja, produksi kerajinan Ketak juga memiliki nilai ekonomis dan bisa menambah penghasilan masyarakat di sana, yang umumnya bermata pencaharian petani.

“Saat ini mulai banyak pesanan dari China. Ada 12 Item dan per itemnya dipesan sampai 10.000 unit. Bisa satu container banyaknya, dan harganya mencapai ratusan juta,” kata Suhartono (38), salah satu perajin Ketak, di Dusun Nyiur Baya Gawah, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.

Item kerajinan Ketak khas Lombok beragam bentuknya. Mulai dari tempat sabun, laundry basket, tatakan piring dan gelas, tempat tissue, nampan baki, taplak meja, hingga dan tas keranjang.

Rumput Ketak merupakan sejenis rumput yang tumbuhnya merambat di batang pohon. Batangnya mirip rotan namun dengan ukuran lebih kecil. Kelenturannya membuat rumput ini mudah dibentuk dengan anyaman.

Dusun Nyiur Baya Gawah adalah satu dari tiga dusun di Desa Batu Mekar yang menjadi sentra kerajinan anyaman Ketak sejak tahun 1980-an, selain Dusun Nyiur Baya Desa, dan Nyiur Mantang.

Awalnya, masyarakat Desa setempat menganyam Ketak untuk kebutuhan rumah tangga sendiri. Sebab, desa mereka berbatasan dengan kawasan hutan Lingsar, Lombok Barat, di mana banyak rumput ketak tumbuh secara liar.

Tapi, seiring banyaknya wisatawan yang datang ke Lombok, produk ini pun mulai dikenal dan memiliki nilai jual. Meski masih diproduksi manual dan alat anyam masih sangat tradisional, namun kerajinan Ketak tidak kalah dengan kerajinan anyaman dari bahan lain.

“Batangan Ketak memiliki nilai komersil karena kuat, awet, tahan lama. Ketak juga tahan air, dan memiliki bentuk yang bagus dan alami,” kata Suhartono.

Sekitar 600 keluarga di Desa Batu Mekar yang tersebar di tiga Dusun sebagian besar bermata pencaharian petani dan buruh tani. Tapi saat ini, menganyam ketak menjadi penghasilan tambahan yang lebih besar dari sekadar berharap upah buruh tani.

Biasanya pada musim kemarau, sentra produksi anyaman Ketak di Lombok, umumnya mempekerjakan kaum wanita dan juga para petani yang tidak banyak beraktivitas.

Beragam jenis kerajinan Ketak di Dusun Nyiur Baya.(Lomboktoday.co.id/P Nugraha)
Beragam jenis kerajinan Ketak di Dusun Nyiur Baya.(Lomboktoday.co.id/P Nugraha)

Kerajinan Ketak telah mampu menyokong perekonomian warga Batu Desa Mekar. Suhartono misalnya, yang sudah menggeluti kerajinan ketak sejak awal 1990. Kini sudah memiliki sebuah artshop, “Mawar Artshop” yang terletak di Dusun Nyiur Baya.

Beragam produk yang sudah jadi tersedia disana, dengan harga bervariasi mulai dari Rp3.000 untuk sebuah tempat sabun, hingga Rp7 juta untuk sebuah anyaman berbentuk guci besar.

Menurut Suhartono, barang kerajinannya banyak dibeli buyer dari Jakarta, Surabaya, dan Bali untuk dieksport ke luar negeri. Tapi banyak juga pelanggan luar negeri yang memesan langsung ke Suhartono, seperti dari Jerman dan Perancis.

Bila biasanya musim kemarau dan kurangnya air irigasi membuat sebagian besar petani di Lombok resah dan kebingungan. Tapi, di Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, kerajinan ketak yang sudah menjadi tradisi, bisa mengurangi kegelisahan penduduknya yang mayoritas para petani itu.

Selain art shop milik Suhartono, di Desa Batu Mekar ini juga ada sejumlah art shop lain yang juga menyediakan berbagai kerajinan Ketak. Kerajinan ini juga mudah ditemui di sejumlah pasar Seni di Kota Mataram dan Lombok Barat.GRA

Responses (2)

  1. ga nyangka :3
    pemerintah mgkin ikut dlm masalah ini. masak hrga utk 12 unit yg diekspor ke china hrganya semurah itu.
    proses bikinnya memakan wktu lama. nganyamnya untuk yg profesional aja paling sehari kalo yg ukuran sekedar tmpat sabun, kalo nampan gede kadang smpe seminggu lebih. apa lg bikin gentong.
    proses dari rumput mnjadi bahan siap anyam aja ribet nan lama. belum lagi benda yg digunakan rawan tajam (soalnya pernah telunjuk jadi korban plester).
    ini bisa jadi pemasukan buat pemerintah, juga kesejahteraan masyarakat disana.

    senggaknya pemerintah turun tangan dalam hal (misalnya) lebih mencanggihkan alat yang digunakan, biar hasilnya cepat dan aman.
    eh, tapi gausah aja ding, ntar nilai estetika, tradisional, dan nilai kebangsawanannya (ceileh) turun. gapapalah.
    tp aku menyayangkan sekali hoo kalo hrganya semurah itu untuk hitungan barang eksport, terlebih lagi ini dr awal emg bner" hand-made banget. belum ngerasain aja tuh yg org cina atau semacemnyalah bikinnya tu keak gimana :v
    yaiyyalah mancanegara jd seneng membeli kalo harganya murah. khan nilai Mata uang negara kita (ehm) "INDONESIA" kecil. wajarlah negara lain bersuka ria, dengan memesan banyak unit.

    tapi aku malu juga, krna orang sasak gapunya bahan kerajinan semacam itu.
    tapi kalo buat identitas "DENGAN SASAK" atau "TERUNE & DEDARE SASAK", seharusnya memiliki itu, yaah walaupun gantungan kunci atau semacamnya.

    "obakm pade sugul batur-batur anang duah lombok. ye taom idap bangge jari kanak sasak"

    senggaknya, kalo masyarakan sasak asli yg membeli, dijatuhkan harga murahlah.
    kalo touris interlokal mah mahal sedikit, kalo tourist mancanaegara mah 10x lipatnya aja dr harga harga utk org sasak. tp 20% pemasukan ke pemerintah (gitu) kalo ada pengeksporan -_-'
    wartawan tolong diinfokan lagi ya perkembangan dari kasus-kasus exlusive tentang bumi sasak tercinta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *