Komunitas Buku Lombok Gelar GSB di Taman Udayana

Raftling sambil baca buku, aksi simpatik yang dilakukan dalam gerakan sejuta buku di Taman Udayana Mataram.(Lomboktoday.co.id/Ist)

MATARAM,Lomboktoday.co.id – Sekitar 50-an orang yang tergabung dalam Komunitas Buku Lombok, Minggu (20/4) menggelar aksi simpatik “Gerakan Sejuta Buku” (GSB) dengan melakukan raftling sambil membaca buku di gapura Taman Udayana Mataram, NTB, dan membentangkan baliho bertuliskan “Buku Sumber Kehidupan”.

Raftling sambil baca buku, aksi simpatik yang dilakukan dalam gerakan sejuta buku di Taman Udayana Mataram.(Lomboktoday.co.id/Ist)
Raftling sambil baca buku, aksi simpatik yang dilakukan dalam gerakan sejuta buku di Taman Udayana Mataram.(Lomboktoday.co.id/Ist)

Dalam aksi simpatik yang dilakukan untuk memeriahkan peringatan hari buku sedunia yang akan jatuh pada 23 April mendatang, Komunitas juga membagikan sekitar 200 bibit pohon asam untuk masyarakat yang ikut terlibat dan menyaksikan aksi simpatik itu.

“Aksi ini kami lakukan untuk memperingati hari buku sedunia, sekaligus mendorong minat baca masyarakat di Lombok khususnya, dan NTB pada umumnya,” kata koordinator Komunitas Buku Lombok, Risky (28).

Anggota komunitas terdiri dari sejumlah unsur, mulai dari penulis buku, mahasiswa pencinta alam, aktivis LSM, dan masyarakat umum.

Bergelantungan bergantian dengan raftling setinggi 3,5 meter di antara gapura Taman Udayana Mataram, anggota komunitas ini menyelesaikan membaca beberapa buku yang mereka bawa, selama 30 – 45 menit.

Menurut Risky, berdasarkan beberapa survay, termasuk yang dilakukan di Universitas Mataram (Unram), minat baca masyarakat di NTB masih tergolong rendah. Minat baca yang rendah, juga terekam di kampus Unram sendiri.

Dengan aksi tersebut, papar Risky, diharapkan bisa menggugah semangat dan minat baca masyarakat NTB. Sebab, gemar membaca merupakan modal untuk bisa lebih luas mendapat pengetahuan dan membuka wawasan.

“Gapura Taman Udayana Mataram dipilih sebagai lokasi aksi simpatik ini, karena saat bersamaan sedang berlaku Car Free Day di jalan Udayana ini, sehingga masyarakat lebih banyak yang bisa terlibat. Kami juga membagikan 200 bibit pohon asam untuk masyarakat yang berpartisipasi,” katanya.

Aksi simpatik itu juga melibatkan belasan orang perempuan, ibu rumah tangga biasa, dari Lombok Utara yang saat ini tergabung dalam Klub Baca Perempuan Lombok.

“Gemar membaca itu luar biasa dampaknya, dan di Lombok Utara sejak tiga tahun terakhir sudah banyak ibu rumah tangga yang akhirnya gemar membaca buku dan memperoleh manfaat, dan sekarang mereka juga berbagi agar perempuan lain ikut gemar membaca,” kata penulis yang juga Ketua Klub Baca Perempuan Lombok, Nursyida Syamsuddin (30).

Menurut Nursyida, Klub Baca Perempuan yang diinisiasi dan dikembangkan secara swadaya sejak tahun 2009, kini sudah memiliki koleksi lebih dari 5000 judul buku yang tersebar di 12 taman baca di Lombok Utara.

Taman baca yang ada itu dikembangkan di rumah-rumah jejaring perempuan yang tersebar di 12 Desa di lima Kecamatan di Lombok Utara. Semua itu dilakukan secara swadaya, baik dari lokasi taman baca dan juga koleksi bukunya.

“Lokasi taman baca saat ini ada 12, itu ada di rumah penduduk, dan juga dititip di tempat ibadah. Koleksi bukunya dari jejaring, dan juga sumbangan dari teman-teman di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Ada juga 500 judul buku sumbangan dari Badan Perpustakaan Daerah NTB, tahun lalu,” katanya.

Ke depan, Klub Baca Perempuan merencanakan membangun 7 unit taman baca lagi di Lombok Utara.

“Kami ingin menunjukan ke semua pihak, bahwa meningkatkan minat baca itu bukan semata urusan pemerintah saja, tetapi harus melibatkan semua pihak,” katanya.

Nursyida menambahkan, aksi simpatik gerakan sejuta buku Lombok, ini juga untuk menggugah dan mendorong pemerintah daerah dan pihak swasta maupun masyarakat umum untuk lebih peduli dan peka. Pasalnya, di tingkat perdesaan, minat baca buku belum bisa ditingkatkan bukan karena masyarakat tidak memiliki minat baca, tetapi lebih kepada keterbatasan sarana dan prasarana pendukungnya.

Terlebih lagi, papar Nursyida, angka buta aksara yang masih cukup tinggi di NTB juga menjadi alasan masih rendahnya minat baca di Provinsi ini.

Hari Buku sedunia (World Book Day) yang dirancang oleh UNESCO adalah sebuah perayaan buku dan literasi yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia pada 23 April. Indonesia pertama kali melaksanakannya di tahun 2006 dengan prakarsa Forum Indonesia Membaca yang didukung oleh berbagai pihak, baik itu pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan masyarakat umum.(GRA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *