LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.CO.ID – Dalam beberapa pekan terakhir ini, Lombok Timur (Lotim) dihebohkan dengan maraknya kasus orang memilih jalan “mati sesat” alias bunuh diri.
Mengutip pernyataan Prof Dr Azhari A Samudra, seorang akademisi dan promotor doktoral untuk Penjabat (Pj) Bupati Lombok Timur (Lotim), HM Juaini Taofik, M.AP, di Universitas Muhammadiyah Jakarta, menekankan pentingnya memahami kompleksitas penyebab bunuh diri.
Juaini Taofik menjelaskan pernyataan sang profesor bahwa berbagai penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab dominan seperti kambuhnya penyakit, pengalaman pelecehan, perilaku impulsif, depresi, dan penggunaan narkoba, juga ikut berperan dalam kasus bunuh diri di beberapa wilayah.
Namun, yang paling menonjol ialah konflik interpersonal, baik dalam lingkungan bekerja maupun keluarga, turut menjadi pemicu. “Konflik dalam rumah tangga sering kali menjadi alasan yang tidak disadari, dan ini perlu penanganan yang serius, dan solusi kerarifan lokal menjadi solusi terbaik (back to nature),” ulas Juaini Taofik mengutip pernyataan Prof Azhari, Rabu (11/9/2024).
Pemerintah daerah (Pemda) Lotim kata Pj Bupati, telah mengusulkan pendekatan berbasis kearifan lokal sebagai solusi. “Menghidupkan kembali musyawarah mufakat di masyarakat kita sangat penting. Peran tokoh-tokoh seperti tetua adat, ulama, dan pemimpin informal sangat dibutuhkan,” paparnya.
Pendekatan ini diharapkan dapat membangun kembali dukungan sosial yang kuat dalam masyarakat. Dengan adanya tempat untuk mengadu, masyarakat diharapkan dapat menemukan solusi atas permasalahan mereka tanpa harus memilih jalan pintas seperti bunuh diri.
Menurut data yang ada, kasus bunuh diri sering kali terjadi akibat tekanan yang dirasakan oleh individu dan kurangnya dukungan emosional. Oleh karena itu, peran komunitas dan tokoh masyarakat menjadi vital dalam mencegah hal ini.
Pemerintah daerah (Pemda) juga telah mengadakan beberapa diskusi terbuka dan lokakarya untuk memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental. Langkah ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk para akademisi dan praktisi kesehatan.
Dengan adanya upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan para ahli, diharapkan angka kasus bunuh diri di Lombok Timur dapat ditekan. Peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan dukungan sosial menjadi kunci utama dalam menyelesaikan masalah ini.(Kml)